Kehutanan

Sengon (Paraserianthes falcataria)

Menurut Martawijaya (1977), sistematika tanaman sengon Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) adalah sebagai berikut:

  • Divisi           : Spermatophyta,
  • Sub divisi    : Angiospermae,
  • Kelas            : Dicotyledonae,
  • Bangsa        : Fabales,
  • Famili          : Fabaceae
  • Sub Famili  : Mimosoidae
  • Marga         : Paraserianthes
  • Jenis            : Paraserianthes falcataria

Sengon mempunyai dua nama latin, Albizia falcataria Forsberg dan Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. Sengon termasuk famili Mimosaceae (keluarga petai-petaian) dan merupakan salah satu jenis pohon yang pertumbuhannya sangat cepat (Atmosuseno, 1998).

Sengon mempunyai daerah penyebaran alami yang sangat luas, antara lain Jawa, Maluku, Irian Jaya, Sulawesi, dan Papua New Geinea. Sengon dengan nama lain Albizia, Sengon Laut, jeunjing merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh (Anonim, 1989).

Nama lokal/daerah sengon (umum), jeunjing (Sunda), sengon laut (Jawa), sika (Maluku), tedehupute (Sulawesi), bae, wogan (Irian jaya). Ciri umum, kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda pucat (seperti daging) warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering.

Sifat kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin (Martawijaya dan Kartasujana, 1977).

Iskandar dkk (2008) menyatakan bahwa pohon sengon tercatat sebagai salah satu jenis yang pertumbuhannya cepat. Pada umur 1 tahun dapat mencapai tinggi 7 m dan pada umur 12 tahun dapat mencapai tinggi 39 m dengan diameter lebih dari 60 cm dan tinggi cabang 10—30 m. Diameter pohon yang sudah tua dapat mencapai 1 m, bahkan kadang lebih. Sedangkan Anomin (1998), menyatakan pohon sengon dapat mencapai tinggi 45 m. dan diameter 100 cm.

Atmosuseno (1998), menyatakan bahwa pohon ini berbatang lurus tidak berbanir. Kulitnya berwarna kelabu keputih-putihan. licin, tidak mengelupas dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk perisai, agak jarang dan selalu hijau. Tajuk yang agak jarang ini memungkinkan beberapa jenis perdu tumbuh baik di bawahnya.

Batang umumnya tidak berbanir, tumbuh lurus dan silindris. Pohon sengon memiliki kulit licin, berwarna abu-abu atau kehijau-hijauan. Tajuknya berbentuk perisai, jarang dan selalu hijau. Pohon sengon memiliki daun majemuk dengan panjang bisa mencapai 40 cm. Dalam satu tangkai daun terdiri dari 15-25 daun dengan daun berbentuk lonjong. (Iskandar dkk, 2008).

Sengon berdaun majemuk ganda. Pohon ini berbuah sepanjang tahun dan berbuah pada bulan Juni – Nopember, umumnya pada akhir musim kemarau. Buah berbentuk polong, pipih dan tipis. Berwarna hijau sampai coklat jika sudah masak. Panjang buah sekuler 6-12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Biji berbentuk elips. Ketika masih mudah berwarna hijau muda. Kalau sudah masak berwana coklat kehitam-hitaman, agak licin (Atmosuseno, 1998).

Perakaran sangat terbentang melebar. Disamping susunan akar yang agak dangkal, terdapat pula akar sengin yang menghujam ke dalam tanah. (Atmosuseno, 1998).

Alrasyid (1973), menyatakan sengon dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada jenis tanah yang drainasenya jelek atau tanahnya tandus masih dapat tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada jenis tanah regosol, alluvial, dan latosol. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan tingkat kemasaman agak masam sampai netral. Pada tanah yang sangat masam pertumbuhannya kerdil.

Anonim  (1989), faktor edapik (tanah) berpengaruh terhadap perbedaan pertumbuhan tanaman di suatu areal pengusahaan hutan. Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, terutama tanah dengan drainase baik. Berbagai tipe iklim, dan pada ketinggian tempat tumbuh sampai +_ 1.500 meter diatas permukaan laut. Tempat tumbuh terbaik untuk sengon berkisar 10—800 m dpl, tetapi dapat juga tumbuh sampai ketinggian 1.600 m dpl. Untuk memperoleh produktivitas dan mutu tegakan yang tinggi, perlu diupayakan pemakaian bibit yang baik dipersemaian.

Dari hasil penelitian Sukarya (1997) dalam Iskandar dkk (2008) mengemukakan bahwa tanaman sengon yang ditanam pada zona agroklimat sangat sesuai (elevasi: 0-800 m dpl, curah hujan 2.500-400 mm/tahun, bulan kering < 5 bulan, penyinaran 1.000-2.000 jam/tahun dan kelembaban relatif, RH 70-85%), memiliki panjang serabut kayu rata-rata 24,2µm, diameter pori 144 µm, berat jenis kayu 0,29, kadar ekstraktif 2,73% serta memiliki nilai penyusutan kayu yang lebih kecil.

Dari hasil penelitian Syahri (1991) dalam Ismail dkk (2008) menyatakan, tanaman sengon mulai banyak dikembangkan sebagai tanaman hutan rakyat karena dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang luas, tidak menuntut persyaratan tempat tumbuh yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat seperti bahan bangunan ringan di bawah atap, bahan baku pulp dan kertas, peti kemas, papan partikel dan daunnya sebagai pakan ternak.

Anomim (1989) menyatakan bahwa kayu dari jenis ini merupakan bahan yang baik untuk peti kemas, tripleks, korek api, bahan pulp dan kertas.

Untuk mendapatkan tanaman yang baik maka pada areal tanam yang kekurangan unsur hara, pemupukan dengan NPK sangat menolong pertumbuhan tanaman. Namun, sebelum pemupukan, perlu dilakukan analisis tanah di laboratorium untuk menentukan jenis pupuk yang tepat. (Anonim, 1989).

Pemungutan (baca pemanenan) hasil jenis kayu ini dapat dilakukan pada umur tertentu sesuai dengan tujuan pengusahaannya. Untuk kebutuhan industri pulp dapat dipungut dari tanaman umur 10 tahun. Untuk kebutuhan industri kayu pertukangan dapat memungut dari tanaman umur 15 tahun. (Anonim, 1989).

Bahan Bacaan

Anonim. 1989.  Teknik Pembuatan Tanaman Paraserianthes falcataria. Direktorat Hutan Tanaman Industri, Oktober 1989.

Ahmad. S.N.,2008. Mengenal Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria).http://Sanoesi.Wordpress.com/2008/12/18/mengenal-kayu-sengon-Paraserianthes-falcataria/.Di akses tanggal 10 Oktober 2012.

Alrasyid. 1973. Kayu Sengon. Penebar Swadaya. Jakarta.

Budi Setiawan Atmosuseno, 1998. Sengon: Budidaya, Kegunaan dan Prospek. Penebar Swadaya.

Burhan Ismail dan Yayan Hadiyan, 2008. Evaluasi Awal Uji Keturunan Sengon (Falcataria moluccana)Umur 8 Bulan Di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Jurnal PemuliaanTanaman Hutan Vol. 2 No. 3, November 2008 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Leave a comment